2:25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
2:25 And the man and his wife were both naked and were not embarrassed or ashamed in each other's presence.
Kehidupan di Taman Eden sungguh amat baik. Berbagai makanan tersedia, tinggal dipetik dan dimakan. Berbagai tanaman yang tumbuh di sana menyejukkan udara. Harum berbagai bunga menambah segarnya udara Taman Eden. Lagi pula belum ada polusi, oksigen sangat berlimpah bagi Adam dan Hawa dan juga bagi aneka hewan yang ada. Burung berkicau di pohon-pohon, kelinci berlompatan di rerumputan. Rusa dan kijang berlarian di padang...hmmmm sungguh indah Taman buatan Allah ini...
Sambil berjalan-jalan, Hawa berkata kepada Adam,
"Kang Mas Adam, ceritakan lagi kisah itu...., aku menyukainya. Waktu aku belum ada di Taman ini, apa saja yang kamu kerjakan bersama TUHAN Allah?"
"Ooooh..kisah itu ya Jeng..? Kami kerap berjalan-jalan berdua di tempat ini sambil berbincang-bincang gembira."
"Apa yang kamu bicarakan dengan Tuhan, Kang Mas?"
"TUHAN menanyakan keadaanku, apakah aku bahagia hari itu? Lalu kujawab, aku sangat bahagia, apalagi saat berdua dengan-Nya. Ketika aku sendirian di sini, aku selalu merindukan kehadiran-Nya, jadi aku selalu menunggu-nunggu saat indah berjalan-jalan bersama-Nya setiap saat."
Kerinduan pada TUHAN adalah sesuatu yang sudah ada dalam setiap hati manusia. Kita mencari wajah-Nya dan menginginkan kehadiran-Nya pada tiap langkah dalam hidup kita. Kerinduan sejati, dari cinta sejati pada Allah Sang Pencipta tidak akan bisa hilang dari diri kita. Kerinduan itu mungkin saja tertutupi, karena kita dihadapkan pada sesuatu yang sepertinya lebih indah dari Tuhan. Tapi sesungguhnya ia tetap ada di relung hati kita, dan tak pernah bisa tergantikan dengan apapun. Satu ruang dalam hati kita yang hanya dapat diisi oleh-Nya. Pemazmur melukiskannya dengan indah.
Mazmur
42:2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
42:3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
63:2 Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.
84:2 Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!
84:3 Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
84:4 Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
84:5 Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. S e l a
Sambil bergandengan tangan, Adam dan Hawa terus berjalan menikmati keindahan Taman Eden.
"Lalu apa jawab TUHAN, Kang Mas?"
"Tuhan langsung mengerti, Dia berkata tidak akan membiarkan aku sendirian saja di Taman ini. Lalu Ia mengambil segumpal tanah dan mulai membentuknya menjadi sesuatu. Aku duduk di dekat-Nya, memperhatikan semua yang dilakukan-Nya. Tiba-tiba saja gumpalan tanah itu bergerak dari tangan-Nya, lalu menghambur ke udara. Aku terkejut, tanah itu menjadi makhluk kecil yang berwarna-warni dan bisa terbang..."
"Tuhan tersenyum bahagia melihat aku melompat mengejar makhluk itu, dan tentu saja aku tidak bisa menangkapnya. Ia terbang tinggi.... Lalu aku melihat banyak lagi makhluk seperti itu beterbangan dari tangan-Nya. Aku tertawa gembira, dan Dia juga. Kami bersorak-sorak bersama....., wah, kalau saja kamu sudah ada waktu itu Jeng... Kamu pasti ikut meloncat-loncat bersama aku mengejar makhluk-makhluk cantik yang beterbangan dari tangan-Nya..."
"Lalu TUHAN berkata, aku bisa memanggil mereka. Aku hanya perlu menyebutkan namanya, dan aku jugalah yang membuatkan namanya. Ha ha ha... itu hebat sekali Jeng, aku berbicara, "Hai kamu burung-burung, kemarilah..!" Kamu tahu, mereka semua datang mendekat kepadaku! Sungguh luar biasa! Dan aku menoleh pada TUHAN mencari jawaban. Katanya, "Adam, engkaulah penguasa atas mereka. Berikanlah nama untuk setiap jenis burung itu. Mereka akan menurut." Maka burung yang kecil kuberi nama burung pipit, burung yang berwarna-warni kuberi nama burung nuri. Burung yang besar kupanggil elang."
Demikianlah Allah memberikan kuasa kepada Adam manusia pertama itu atas segala binatang ciptaan-Nya. Alkitab mencatatnya dengan lengkap. Perhatikan ayat-ayat berikut:
Mazmur
8:4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
8:5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
8:6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
8:7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:
8:8 kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;
8:9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.
8:10 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!
"Bukan hanya burung yang dibentuknya Jeng, ada banyak lagi yang diciptakannya untuk menemaniku di Taman ini sebelum kamu ada. Lihat jerapah itu, zebra, kuda, mereka semua dibentuknya dari tanah. Segera sesudah dibentuk dengan tangan-Nya, tanah itu bergerak dan berjalan. Mereka semua menjadi hidup di tangan-Nya! Aku sangat kagum pada-Nya. Dia TUHAN yang hebat Jeng. Dia bisa melakukan apa saja...."
Mazmur
9:2 Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib;
9:3 aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi,
Bersaksi adalah sesuatu yang alamiah ketika kita memiliki pengalaman pribadi dengan Allah. Sebuah kesaksian akan meluncur begitu saja dari mulut kita karena kita tak tahan untuk tidak menceritakannya. Begitu mengagumkan, begitu hebat, begitu dahsyat apa yang kita alami bersama Tuhan sehingga kesaksian menjadi tak terbendung. Kita seakan tak begitu peduli jika orang lain tidak percaya. Kita mengalaminya!
Adakah di antara kita yang mengalami kesembuhan ilahi? Sakit yang sudah parah, yang diderita untuk suatu waktu yang panjang, ternyata disembuhkan Allah dengan kuasa-Nya. Sebuah mukjizat yang tak dapat diterangkan akal. Tapi kita mengalaminya. Sembuh! Maka meskipun banyak orang tak percaya, kita tetap saja bercerita, bersaksi mengenai kehebatan kuasa-Nya. Sekalipun dilarang, kesaksian itu tak terbendung. Lihatlah apa yang dilakukan orang buta ini.
Matius
9:27 Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: "Kasihanilah kami, hai Anak Daud."
9:28 Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya."
9:29 Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu."
9:30 Maka meleklah mata mereka. Dan Yesus pun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini."
9:31 Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.
Pengalaman pribadi ini jugalah yang menyebabkan murid-murid Yesus terus bersaksi menceritakan kasih dan kemurahan-Nya kepada siapa saja. Mereka mengalaminya! Sekalipun banyak yang disiksa bahkan sampai mati, tak henti diberitakan Kabar Baik di seluruh dunia. Sejarah mencatat Petrus mati dengan cara disalib terbalik, kaki di atas kepala di bawah. Yohanes digoreng hidup-hidup. Seperti Stefanus, Tomas pun mati martir. Paulus dipancung. Semua karena mereka tak mau berhenti menceritakan kasih dan anugrah Tuhan yang mereka alami.
Kisah Para Rasul
21:13 Tetapi Paulus menjawab: "Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus."
Filipi
1:1 Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken.
1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Sementara berjalan Hawa berkata,
"Kakanda, aku lapar."
"Kamu lapar adinda sayang? Itu ada buah apel, biar aku petik untukmu."
Adam memetik dua buah apel dan mereka duduk makan di bawah pohon apel itu. Apel yang manis dan segar, tersedia bagi mereka. Cukup dipetik, siap dimakan.
Sungguh hidup yang indah. Adam menjaga dan melindungi Hawa. Adam mengasihi, mencintai Hawa sepenuh hatinya. Tidak ada WIL, tidak ada PIL. Hanya Adam dan Hawa. Demikianlah keindahan cinta yang murni di antara keduanya. Sama seperti cinta antara manusia dengan Tuhan yang disebut cinta agape, cinta antara laki-laki dan wanita yang disebut cinta eros adalah juga ciptaan Tuhan. Setelah mendapat berkat dan restu Tuhan sebagai suami-istri, hubungan itu sah.
"Ke mana kamu pergi Kakanda?"
"Tunggu sebentar di sini Adinda, aku punya sesuatu untukmu..." Lalu Adam datang membawa sekuntum bunga untuk Hawa, diselipkan di antara rambutnya.
"Aku kesulitan memilihkan yang tercantik dari bunga-bunga itu. Sepertinya tak ada yang pantas untuk menghiasi rambutmu. Kamu terlalu cantik Dinda kekasihku, bunga-bunga itu terlihat kusam di mataku..."
'Ah Kakanda bisa aja, aku hanya seperti bunga bakung, bunga rumput-rumput itu..."
Kidung Agung
(Hawa) 2:1 Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah.
(Adam) 2:2 Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.
Cinta agape dan cinta eros dicatat dengan indah dalam Firman Tuhan karena cinta itu berasal dari Tuhan. Seharusnya cinta itu murni. Manusialah yang memakainya dengan salah. Hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan pasangannya tidaklah direstui TUHAN, bahkan disebut perzinahan atau percabulan. Di berbagai media cinta eros diekspos dengan cara yang salah. Padahal seharusnya indah.
Kidung Agung
(Hawa) 2:3 -- Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna.
Di bawah naungannya aku ingin duduk, buahnya manis bagi langit-langitku.
(Hawa) 8:5 Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya?
(Adam) Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau.
(Adam)
4:1 Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.
4:2 Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada.
4:3 Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu.
4:4 Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya.
4:5 Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung.
4:6 Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan.
4:7 Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu.
4:8 Turunlah kepadaku dari gunung Libanon, pengantinku, datanglah kepadaku dari gunung Libanon, turunlah dari puncak Amana, dari puncak Senir dan Hermon, dari liang-liang singa, dari pegunungan tempat macan tutul!
4:9 Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata, dengan seuntai kalung dari perhiasan lehermu.
4:10 Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala macam rempah.
4:11 Bibirmu meneteskan madu murni, pengantinku, madu dan susu ada di bawah lidahmu, dan bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon.
4:12 Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai.
4:13 Tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan buah-buahnya yang lezat, bunga pacar dan narwastu,
4:14 narwastu dan kunyit, tebu dan kayu manis dengan segala macam pohon kemenyan, mur dan gaharu, beserta pelbagai rempah yang terpilih.
4:15 O, mata air di kebun, sumber air hidup, yang mengalir dari gunung Libanon!
(Hawa)
4:16 -- Bangunlah, hai angin utara, dan marilah, hai angin selatan, bertiuplah dalam kebunku, supaya semerbaklah bau rempah-rempahnya! Semoga kekasihku datang ke kebunnya dan makan buah-buahnya yang lezat.
(Hawa)
5:10 -- Putih bersih dan merah cerah kekasihku, menyolok mata di antara selaksa orang.
5:11 Bagaikan emas, emas murni, kepalanya, rambutnya mengombak, hitam seperti gagak.
5:12 Matanya bagaikan merpati pada batang air, bermandi dalam susu, duduk pada kolam yang penuh.
5:13 Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah, petak-petak rempah-rempah akar. Bunga-bunga bakung bibirnya, bertetesan cairan mur.
5:14 Tangannya bundaran emas, berhiaskan permata Tarsis, tubuhnya ukiran dari gading, bertabur batu nilam.
5:15 Kakinya adalah tiang-tiang marmar putih, bertumpu pada alas emas murni. Perawakannya seperti gunung Libanon, terpilih seperti pohon-pohon aras.
5:16 Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku, hai puteri-puteri Yerusalem.
Burung-burung menyahut' "Cuit cuiiiiiitttt...." (Ha ha ha....)
Keindahan tiada tara bagi sepasang manusia ciptaan Tuhan di tempat istimewa di bumi yang semua isinya dibuat-Nya secara khusus.
Sambil berbaring di bawah pohon apel, Adam berkata,
“Aku tidak pernah mau dekat-dekat pada pohon yang di tengah Taman itu. TUHAN Allah melarang kita untuk makan buah itu, Dik.”
“Kenapa tidak boleh Bang Adam?”
“TUHAN bilang itu pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Ia tidak mau kita memakannya, kita bisa mati!”
“Kalau apel ini boleh kan, Bang?”
“Ya boleh, semua buah-buahan di Taman ini boleh kita makan, termasuk buah pohon kehidupan itu. Hanya yang satu itu saja! Aku tidak boleh, kamu pun tidak. Ada banyak sekali buah lain yang sudah TUHAN sediakan untuk kita Dik, janganlah kita melanggar perintah-Nya. Pasti Dia sangat sedih kalau kita begitu. Dia sayang sekali pada kita. Kalau kamu ingin buah yang lain bilang saja Dik, nanti Abang ambilkan. Tapi jangan minta buah yang itu ya....?”
Adam telah mendengar sendiri dari TUHAN Allah bahwa buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat tidak untuk dimakan. Buah itu mematikan! Adam pun telah berulang-ulang menceritakan pada Hawa bahwa ia tidak boleh makan buah itu. Ia tidak mau Hawa mati. Jadi mendekat apalagi menyentuh buah itu pun mereka hindari.
“Kalau begitu ayo kita pergi ke dekat sungai saja Bang Adam, aku suka buah-buah di tepi sungai itu.”
“Ayo kita panggil kuda untuk menolong mengantar kita ke sana.”
Adam memanggil seekor kuda, dan naik kuda mereka berdua pergi ke tepi sungai. Di sana ada pohon-pohon kehidupan yang selalu berbuah banyak. Jika buahnya terlalu tinggi Adam akan memanggil seekor unta untuk menolongnya. Unta itu akan duduk dan menunduk agar Adam bisa naik ke punggunnya. Lalu ia berdiri tegak dekat pohon itu agar Adam bisa memetik buahnya. Demikian hewan-hewan itu tunduk pada Adam dan menjadi penolong untuk berbagai keperluan mereka.
Kehidupan sungguh amat baik di Taman Eden, sampai satu saat.....
Ada oknum yang tidak suka akan kebahagiaan hidup mereka. Itulah si Jahat yang pekerjaannya menipu, menghancurkan, dan membunuh! Dia yang sudah dibuang dari sorga karena berdosa, dan sudah tahu bahwa akhir hidupnya adalah di neraka, mencari cara agar Adam dan Hawa juga berdosa dengan melanggar perintah TUHAN. Cita-citanya adalah membuat Adam dan Hawa juga diusir dari Taman Eden dan mati, dan berakhir di neraka juga seperti dia. Sungguh suatu rencana yang sangat jahat! Sementara Adam dan Hawa tidak mengenal apa itu jahat karena mereka tidak makan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat itu.
Siapa penyebab kehancuran itu? Siapa pembawa kesesatan itu?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar